Dalam kehidupan sehari-hari persoalan seputar perceraian bagi warga GKJW di Kabupaten Jember (mungkin juga secara umum) menjadi lebih kompleks, karena menyangkut beberapa aspek didalamnya: persoalan hukum, ekonomi, sosial, dan psikologis. Bagi beberapa orang perceraian merupakan satu-satunya jalan keluar atau penyelesaian, meskipun perceraian itu sendiri akan mendatangkan permasalahan baru bagi aktor yang terlibat didalamnya.
Semakin meningkatnya perceraian yang terjadi dalam kehidupan warga Jemaat GKJW di Kabupaten Jember merupakan sebuah refleksi atau otokritik (self-criticism) Gereja, terutama atas program kegiatan pembangunan yang ber-tema-kan Wujudkan keluarga Allah yang menjadi rahmat bagi semua orang, selama tahun 2005-2010. Tulisan ini bukan bermaksud mengevaluasi terlaksananya tema tersebut, tetapi berkaitan dengan tema “keluarga” dalam penelitian ini, penulis mencoba merefleksikan bagaimana pemberdayaan suami istri mampu merealisasikan diri sebagai keluarga Allah yang menjadi rahmat bagi semua orang? Sekaligus saran bagi Gereja secara umum dan GKJW secara khusus menanggapi persoalan keluarga yang timbul di tengah pelayanan Gereja.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ADVEN-NATAL DAN TEOLOGI DISABILITAS BAGI ANAK REMAJA[1]
Imanuel Teguh Harisantoso [2] 1. GKJW menyebut “ibadah adalah berhimpunnya warga untuk menghadap dan mewujudkan persekutuannya deng...
-
Oleh: Pdt. Imanuel Teguh Harisantoso, M.Si Pdt. Imanuel Memimpin doa di sawah Banyak orang berpendapat, sekarang sudah memasuki era...
-
PENGANTAR Ortala (Organisasi dan Tata Laks...
-
Situbondo, 26-28 Oktober 2018 PHMD Besuki Barat Persidangan Majelis Daerah Besuki Barat dimulai dengan ibadah pembukaan yang dipi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar