GKJW Pro

GKJW Pro
Majelis Jemaat GKJWPro

Minggu, 01 April 2018

RENUNGAN PASKAH


SEKLUMIT PENGANTAR
Dibalik derita ada kemuliaan, demikian tema paskah di GKJW Jemaat Pronojiwo. Tema ini akan menyemangati setiap warga Jemaat dan selanjutnya keluarga-keluarga untuk terus mengoptimalkan pelayanannya kepada Tuhan Yesus melalui cinta dan pengorbanannya kepada keluarga.
Menjadi warga GKJW Pro adalah sebuah kebanggaan. Mengapa? Kita memiliki saksi iman, bukan hanya seperti yang tertulis dalam Sitab  Suci (Ibr 11) seperti: Habel, Henokh, Nuh, Abraham,   Ishak, Yakub, Yusuf ataupun Musa, tetapi teladan hidup yang terus menginspirasi kita dalam mempertahankan iman dan kehidupan dalam keterbatasan.
Sebut saja mbah Abi, misalnya. Ia selalu memberikan senyumnya yang renyah kepada siapapun yang berkunjung kepadanya, meskipun ia sendiri berada dalam kondisi yang kurang sehat. Tidak ada kalimat mengeluh dan atau mengiba. Ia tinggal dengan anak-cucu yang tidak seiman, tetapi ia senantiasa merasakan kuasa dan campur tangan Tuhan dalam keseharian. Terima kasih mbah Abi untuk inspirasi dan keteladanan untuk setia dalam “penderitaan” Tuhan, karena kemuliaan Tuhan sudah menunggu panjenengan.
Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita” (Ibr 11:40a), karenanya dalam rangka menyambut paskah tahun ini: Mari setia kepada Tuhan, gereja, suami-isteri, orang tua dan masyarakat demi kebenaran. Dibalik derita ada kemuliaan Tuhan yang sudah disiapkan untuk kita.
Majelis Jemaat mengucapkan terima kasih kepada segenap warga pasamuwan atas doa, dukungan dan kerjasamanya dalam mewujudkan penghayatan sebagai pengikut Kristus. “Selamat menyambut paskah saudara-saudara GKJW Pro”. Tuhan  Yesus memberkati.
Salam Hormat
PHMJ GKJW Pro
Hari ke-1
Tekad dan Harapan
Roma 4:18
(Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.")
Seorang ibu mengisahkan pengalaman hidup anaknya. "Waktu itu, anakku berusia lima tahun ketika ia mengalami luka bakar yang cukup parah di bagian tungkainya. Dokter mengatakan bahwa ia tidak akan bisa berjalan lagi seumur hidupnya. Anakku tahu tentang vonis dokter itu, tetapi ia tidak pernah menyerah pada apa yang mereka katakan.
Setiap hari aku menyaksikan bagaimana ia berusaha sekuat tenaga untuk belajar berjalan. Tekad dan harapan yang membara di hati anakku, membuat ia terus melatih kakinya meskipun ia harus menahan rasa sakit di setiap langkahnya. Beberapa waktu berlalu, ketekunannya tidak sia-sia. Ia sudah bisa berlari meski awalnya sangat lamban tetapi makin lama ia bisa berlari dengan cepat. ‘Sebelumnya aku sudah mengatakan bahwa aku pasti bisa berjalan lagi, bahkan akan akan berlari lebih cepat dari siapapun' katanya. Pada tahun 1936 ia meraih prestasi lari untuk jarak satu mil dalam waktu 4:06 dan untuk saat itu merupakan rekor dunia."
Setiap pemenuhan sebuah harapan selalu diperhadapakan pada sebuah penderitaan. Penderitan itu bukan harus dihindari tetapi harus dijalani dan dikalahkan. Sebuat tekat dan harapan yang kuat akan menentukan hasil yang maksimal dan keberhasilan.Tekad dan harapan adalah dua ‘sahabat' yang akan mendampingi kita mencapai sukses. Harapan akan membuat kita tersenyum, saat semua orang menangis. Harapan membuat kepala kita tetap tegak menatap jauh ke depan, saat begitu banyak tantangan yang menghadang. Harapan merupakan kekuatan yang diberikan Tuhan agar kita dapat terus berjuang. Harapan akan menunjukkan arah, ketika kita mulai kehilangan tujuan. Mampukan kita merubah ‘penderitaan’ menjadi ‘suka cita’
Hidup akan terasa lebih hidup jika kita masih menyimpan sejuta harapan dan tekad di hati. Banyak hal yang dapat kita raih dan wujudkan dengan sebuah harapan, karena itu jangan pernah kehilangan harapan dan tekad di dalam hidup Anda.
Tidak ada yang dapat dicapai sebelum Anda memulainya. Kesuksesan akan lebih cepat diperoleh saat Anda mengharapkannya.

Selamat menumbuh kembangkan ‘tekat dan harapan’ ditengah-tengah ‘penderitaan’ karena di balik penderitaan itu ada kemuliaan, amin.


Hari ke-2
"Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur."  Mazmur 57:8
Secara umum ada dua macam masalah dalam hidup ini.  Pertama, masalah yang bersifat tidak langsung, muncul dari serangkaian peristiwa.  Masalah semacam ini bisa diselesaikan melalui doa.  Kedua, yang bersifat lebih personal:  penderitaan yang disebabkan oleh proses disakiti, direndahkan atau dipermalukan oleh orang lain.  Perasaan tersakiti seperti itu atau pun penghinaan dari orang lain tampaknya tidak dapat diselesaikan hanya melalui doa, tapi kita pun harus bertindak dan membuka hati untuk melepaskan pengampunan kepada orang-orang yang menyakiti kita.  Jika tidak, sampai kapan pun kita akan tetap merasa terluka, benci, marah, dendam dan pahit hati.  Dan itu tidak berkenan kepada Tuhan dan menjadi penghalang bagi doa-doa kita.  Alkitab menegaskan,  "Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan."  (Efesus 4:31).  Bahkan firman Tuhan keras menyatakan bahwa jika kita tidak mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita, maka Tuhan pun tidak akan mengampuni kita  (baca:  Matius 6:15).
Selain itu kita juga harus memaksa jiwa kita untuk memuji-muji Tuhan seperti yang dilakukan oleh Daud,  "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!"  (Mazmur 42:6).  Kita akan dipulihkan jika kita senantiasa memuji-muji Tuhan dan bersukacita.  Ketika kita memuji Tuhan, roh kita naik dan melebihi masalah kita, dan Tuhan sendirilah yang membereskan perasaan buruk kita tersebut.  Dikatakan,  "Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;"  (Mazmur 147:3).  Ketika perasaan kita tersakiti jangan sampai kita membiarkan roh kita putus asa.  Kita harus mengatasi semua perasaan buruk dan memuji Tuhan.  Jangan beri kesempatan kepada Iblis untuk menguasai hati kita.
Daud tidak membiarkan kesedihan, kepahitan, dendam dan sebagainya berkuasa di dalam hatinya ketika terus dikejar-kejar oleh Saul yang hendak membunuhnya.  Bahkan, meski beberapa kali ia beroleh kesempatan untuk membalaskan dendamnya terhadap Saul, Daud tidak melakukannya.  Dan ketika mendengar kabar tentang kematian Saul pun, Daud sama sekali tidak bersukacita.  Sebaliknya, kematian Saul membawa suatu ratapan yang besar baginya.
Penderitaan Tuhan Yesus mendasari kita dalam mengatasi penderitan yang bersifat personal. Kasihilah orang-orang yang pernah membuat Anda menderita, niscaya sukacita yang Anda peroleh. Jangan biarkan 'luka-luka batin' yang ada menghalangi doa-doa kita. Selamat Paskah, Tuhan Yesus memberkati. Amin









Hari ke-3
"Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal."  1 Korintus 15:20
Memiliki harapan tanpa disertai dengan dasar yang kuat tidak akan berarti apa-apa.  Karena itu kita wajib mempercayai Allah yang telah membangkitkan Kristus dari kematian dan Dia akan membangkitkan kita juga.  Tuhan Yesus berkata,  "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya."  (Yohanes 11:25-26a).
Kita harus yakin terhadap harapan yang terberkati seperti tertulis:  "supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita.  Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya."  (Ibrani 6:18-20).  Ayub mempunyai sebuah dasar yaitu beriman kepada Tuhan, ketika sedang menderita dan merasa bahwa kematian akan segera datang.  Ketika itu perasaan Ayub diliputi ketakutan, keputusasaan dan juga harapan, kesemuanya campur aduk menjadi satu.  Ada waktu di mana terkesan bahwa Tuhan meninggalkannya, tetapi dia tetap percaya bahwa apa yang Tuhan perbuat tidak pernah salah dan Dia sangat mengasihi umatNya.  Akhirnya apa yang Ayub harapkan untuk menjadi kenyataan pun terjadi sehingga ia dapat berkata,  "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal."  (Ayub 42:2).  Kesaksiannya,  "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau."  (Ayub 42:5a).  Dan,  "Tuhan memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu;"  (Ayub 42:12).
Banyak dari kita yang mungkin mengalami perasaan yang campur aduk seperti yang Ayub rasakan.  Meski demikian, dalam situasi-situasi seperti itu, bagi kita yang hidup dekat dengan Tuhan akan menerima anugerah dan pengharapan.  Kita yang percaya pada Kristus mendasarkan harapan kita pada satu kejadian nyata dalam sejarah KebangkitanNya.
Jika kita hidup bersama Kristus kita memiliki pengharapan yang pasti dan akan terberkati, walau secara manusia itu mustahil. Selamat Paskah, Tuhan Yesus memberkati. Amin


Hari ke-4
BAWA PASIRMU
Efesus 2:1-10
Ada sebuah kelompok pengembara yang sedang menuju suatu tempat. Mereka diharuskan membawa pasir dalam sakunya untuk dikumpulkan di tempat yang akan dituju. Uniknya, mereka sangat mengeluh dan merasakan betapa berat dan dalam perjalanan yang jauh, apalagi dibebani barang bawaan yang tidak ringan. Diantara mereka ada yang semangat dan tentunya ada pula yang tidak atau kurang bersemangat dalam mengarungi perjalanan.
Setelah sampai di tempat tujuan, secara mendadak pasir yang dibawa dalam saku tadi berubah menjadi nasi dan lauknya yang siap untuk dinikmati. Melihat kejadian tersebut takjublah para pengembara, tetapi ada sebagian pengembara yang menyesal karena membawa pasir hanya sedikit.
Bagaimana dengan hidup kita? Semoga tidak selalu mengeluh dan merasakan berat menanggung setiap kejadian dan peristiwa yang terjadi dalam hidup ini. Bahwa apa yang serasa berat, yang sedang kita jalani, ketika semua dilakukan dengan penuh syukur dan berserah kepada Tuhan Yesus, maka hasilnya akan menjadi buah sukacita dan kebahagiaan kita.
Mari membawa “pasir” dalam saku kita sebagaimana yang Tuhan Yesus kehendaki dengan setia dan tekun, dengan pengharapan: karena iman “Pasir” itu akan berarti dalam hidup kita kelak. Tuhan memberkati. Amin.
Hari ke-5
BERSABARLAH….
Yakobus 5:7-11
Seorang petani dengan sabar menanti hasil yang berharga dari ladang dan sawahnya. Mereka bekerja keras, bertekun dan terkadang tidak mempedulikan situasi yang terjadi di sekitarnya. Panas matahari dan hujan lebat yang terjadi seringkali tidak dihiraukannya. Tidak selalu kerjakerasnya berbanding lurus dengan hasil pertaniannya, kaena terkadang mereka mengalami gagal panen, entah karena cuaca tidak menentu atau apapun itu.
Dewasa ini banyak orang yang penginnya serba cepat dan instan, mulai kehilangan kesabaran, bahkan banyak yang mengatakan kalau tidak cepat akan kehilangan peluang dan ketinggalan kesempatan yang berharga. Kita harus yakin bahwa dalam kesabaran, ketekunan, kesungguhan hati dan perjuangan untuk setia “menunggu” dan “merawat” aktivitas pertanian akan mendapatkan hasil sebagaimana yang Tuhan kehendaki.
Kehidupan sebagai umat percaya atau orang Kristen pun seperti petani yang terus berjuang “melawan” terik matahari di waktu siang dan dinginnya curah hujan atau cuaca yang tidak menentu demi mendapatkan hasil yang baik. Hidup ini tidak jarang mengalami “panasnya” persoalan dan pergumulan da “dinginnya” dosa yang membelenggu kehidupan. Kiranya kita dapat terus “bersabar dan meneguhkan hati” untuk setia menanggung panggilan Tuhan sebagai orang Kristen sehingga kita kedapatan sempurna ketika kedatangan Tuhan. Selamat menanggung “panas” dan “dinginya” kehidupan, yakinlah Tuhan Yesus menyertai. Amin.
Hari ke-6
DAMAI SEJAHTERA
Amsal 3:13-26
Himat Tuhan dapat diartikan sebagai kapasitas untuk melihat hal-hal sebagaimana Tuhan melihatnya dan untuk merespon seturut dengan prinsip-prinsipnya. Salah satu manfaat terbesar cara berfikir seperti ini adalah adanya damai sejahtera. Pada umumnya ketika kehidupan berjalan mulus dan semuanya berjalan dengan baik dalam hidup kita, tidak ada persoalan dalam hidup ini. Tetapi ketika situasi menjadi sulit, cara berifikir bijaksana menghilang dalam pikiran kita. Damai sejahtera segera digantikan dengan tekanan, ketakutan dan kekuatiran.
Untuk melihat situasi yang sulit dari sudut pandang Tuhan, kita perlu hubungan yang dekat dan intim denganNya. Ia mengasihi kita tanpa syarat dan selalu berkarya untuk kebaikan kita, karenanya bila Ia mengizinkan sesuatu terjadi, maka ada rancangan dan alas an Tuhan yang indah yang akan terjadi.
Kedekatan dengan Tuhan akan membantu kita semakin mengerti dan memahami kehendak Tuhan sekalipun dalam situasi yang sulit. Kita memiliki jaminan bahwa Ia lebih dari cukup untuk apapun yang menerpa hidup kita, artinya dalam situasi apapun Tuhan pasti menyertai.
Ketika kesulitan menerpa, jangan biarkan kebijaksanaan hilang dalam hidup ini. Tetap mengandalkan Tuhan dalam doa dan harapan. Tuhan pasti menyertai dan mengaugerakan damai sejahtera. Amin.
Hari ke-7
PENGHARAPAN DIBALIK SENGSARA
                                Ayub 36:21
Allah kita adalah Allah yang hebat dan ajaib. Rancangannya sering tidak dapat kita pikirkan. Ya… seringkali mengijinkan kita untuk mengalami banyak hal dalam kehidupan. Mengapa aku mengalami kegagalan? Namun dibalik semua itu, Tuhan mau memberikan rahasia kehidupan yang benar kepada kita. Ada banyak hal dalam kehidupan ini menjadi sebuah misteri Illahi yang sulit untuk dinalar pikiran. Manusia berusaha untuk menebaknya, tetapi tidak mendapatkan jawabannya. Jawaban tersebut hanya didapat di dalam Tuhan. Dia mempunyai rancangan yang indah dan mulia bagi kita, dalam setiap peristiwa yang terjadi.
Renungan kita mengajarkan rahasia indah dan mahal harganya dibalik kesengsaraan yang Tuhan izinkan untuk terjadi dalam kehidupan anak-anakNya.
1.    Sengsara menimbulkan ketekunan dan perasaan untuk semakin dekat dengan Tuhan Sang Pencipta. Dalam kesengsaraan seseorang selalu rajin berdoa dan terus menjalin komunikasi dengan Tuhannya.
2.    Sengsara dapat menuntun kita kepada pembelajaran terhadap banyak hal. Membawa manusia untuk berintrospeksi: mengapa hal ini terjadi dan mengapa saya harus mengalami yang seperti ini? Apa yang Tuhan kehendaki untuk terjadi?
3.    Sengsara memberi banyak keberuntungan, karena dengan sengsara manusia dapat membuka hati untuk melihat sesuatu yang lebih baik bagi masa yang akan datang. Artinya dalam kesengsaraan dapat mendatangan pengharapan di dalam Tuhan Yesus.
Inilah proses pembelajaran yang Tuhan izinkan untuk terjadi dalam hidup kita. Jangan takut untuk sengsara atau menderita! Karena Tuhan Yesus mempunyai rencana yang indah untuk membentuk anak-anakNya menjadi tekun, tahan uji dan berpengharapan (Rom 5:3-5). Tuhan memberkati. Amin.

4.     
Hari ke-8                                                                         
MENDERITA LEBIH  BAIK DARI PADA TERTAWA
Pengkhotbah 7:1-14
Kesedihan bisa berguna bagi jiwa kita, karena kesedihan dapat menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri manusia. Kesedihan dapat membuat kita jujur menilai diri sendiri apa adanya, membuat kita merenungkan kembali motivasi, maaksud dan tujuan kehidupan kita. Dan akhirnya kita dapat mengenali siapa diri sendiri dengan baik.
Kesedihan juga dapat menolong kita melihat kasih setia Tuhan Allah yang sebenarnya dalam kehidupan. Di tengah dukacita yang dialami oleh Ayub, “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ayub 42:5).
Yesus digambarkan sebagai “manusia kesedihan” yang bisa mengalami penderitaan (Yes 53:5). Hal ini sulit untuk dimengerti, bahkan Anak Allah yang menjelma menjadi manusia belajar dan bertumbuh melalui dukacita yang dideritaNya (Ibr 5:8). Saat kita berfikir tentang penderitaan-Nya juga perhatianNya terhadap penderitaan manusia, kita akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang ingin Allah kerjakan dalam hidup ini.
Pengkhotbah mengingatkan kita, “Bersedih lebih baik daripada tertawa, karena muka muram membuat kita lega” (7:3). Mereka yang tidak ingin menderita, menyangkalnya, menganggapnya remeh, atau mencoba untuk menghilangkannya dengan berbagai alas an, maka perasaannya tidak akan peka dan acuh tak acuh. Mereka tidak akan bisa memahami diri sendiri dan orang lain dengan baik. Jadi sebelum kita dipakai Allah, pertama-tama harus belajar berdukacita. Kita akan belajar lebih banyak dari derita daripada belajar dari tertawa. Tuhan memberkati. Amin.
Hari ke-9
AWAS BUNGKUK
1 Petrus 4:7-14
Ada seorang tua yang setiap hari menyusuri tengah kota sambil menarik gerobak reotnya. Gerobak itu tampak sangat berat berisi plastic-plastik dan kertas bekas yang menggunung tinggi memenuhi gerobak sampai tubuh tuanya yang mulai bungkuk hamper tidak terlihat. Tidak peduli hujan lebat atau terik panas matahari, ia terus saja menyusuri jalan tengah kota.
Saat persoalan tertumpuk dalam keehidupan kita, mungkin rasanya seperti orang tua yang membawa gerobak tadi. Permasalahan hanya tertumpuk, tidak terselesaikan dan membuat hidup terbelenggu. Masalah satu belum selesai, muncul masalah yang lain. Kehidupan dijalani dengan sangat berat karena masalah demi masalah yang menumpuk dan membungkukan jiwa kita. Namun tata cara kehidupan Kristen dalam bacaan kita, 1 Petrus 4:7-14 memberikan cara nyata dalam kita menghadapi persoalan, sehingga kita dapat merdeka dari belenggu permasalahan. Salah satu caranya adalah kita diminta untuk menguasai diri supaya tenang. Menguasai diri berarti tidak mudah kalut, tidak mudah emosional mengambil keputusan saat mengalami masalah, dan menyelesaikan persoalan hidup dengan cara yang tenang. Di dalam tenang dan berserah kepada Tuhan itulah kita bisa berjumpa dengan Allah, Sang Sumber Kehidupan lewat doa dan keluh kesah kepadaNya.
Masalah kehidupan sama seperti beban yang menumpuk yang diangkut orang tua diatas dan membuatnya sampai bungkuk. Persoalan itu menumpuk begitu berat dan memberatkan orang yang mempunyai masalah. Mampu menguasai diri dan menjadi tenang saat masalah datang adalah awal kemerdekaan hidup kita, sehingga bisa merasakan damai sejahtera Allah.
Dalam pra-paskah ini masih ada waktu untuk melepaskan beban yang membungkukan hidup kita. Mari membuka hati selebar-lebarnya agar dapat memuliakan nama Tuhan Yesus. Tuhan memberkati. Amin.
Hari ke-10
ALLAHKU ADALAH KEKUATANKU
Yesaya 49:1-6
Suatu malam saya teringat akan ibadah unduh-unduh dan lelangan persembahan natura yang ada. Sebelum berangkat ke gereja saya sudah menyampaikan kepada istri bahwa nanti akan turut melelang, “Saya akan melelang persembahan ayam. Seberapapun harganya”. Maka dengan segera dan penuh harap kamipun berangkat ke gereja. Sesampai di gereja dan ibadah syukur selesai, acara lelangan yang kami tunggupun dimulai. Sesuai dengan rencana, kamipun melelang ayam.
Saya menggambarkan diri saya ini adalah persembahan natura, yang sudah sejak awal ditentukan oleh pembawa persembahan untuk dibawa kehadapan Tuhan dalam ibadah unduh-unduh dan kemudian dilelang sebagai wujud syukur umat. Sejak awal sudah dipilih oleh Tuhan dan ditebus sebagai milik Tuhan (ayat 5). Itu artinya bahwa “saya” adalah harta yang mulia bagi Tuhan dan yang pasti Tuhan punya rencana yang indah pula dalam hidup ini. Tetapi…. Saya merasa malu, sebagai orang yang dipilih Tuhan Yesus telah menyia-nyiakan hidup ini dengan tindakan dan ucapan yang tidak berguna. Seringkali membuang waktu dengan percuma. “Aku telah bersusah-susah dengan percuma, dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia dan tak berguna” padahal “hakku terjamin pada Tuhan dan upahku pada Allahku” (ayat 4).
Renungan ini menyadarkan saya untuk mengerti bahwa Tuhan telah memilih saya sebagai persembahan lelangan yang mulia untuk menjadi berkat bagi yang menerima. Kiranya saya dapat menjadi berkat bagi orang lain dan terang bagi sesame. Saya yakin bisa karena Allah adalah kekuatanku. Terima kasih Tuhan Yesus. Tuhan memberkati. Amin.
Hari ke-11
TANGGALKAN BEBANMU
Ibrani 12:1-3
Rasanya tidak mungkin hidup di dunia ini tanpa memiliki beban persoalan atau pergumulan sedikitpun. Semua orang pasti mempunyai pergumulan doa: ada yang berat dan ada pula yang ringan. Ada orang yang ketika mengalami persoalan kemudian tidak dapat tidur, selalu kepikiran, pusing dan mengakibatkan “darah tinggi” dan sebaliknya ada orang yang meskipun mengalami persoalan yang berat, tidurnya-pun nyaman-nyaman saja. Dengan kata lain setiap orang mempunyai respon yang tidak sama terhadap persoalan yang muncul di tengah kehidupan.
Bagi yang mudah baper (kebawa perasaan), mendengar omongan yang keras sedikit saja sudah serba perasaan, mudah sakit hati, sehingga hubungan dengan orang lain terganggu. Kalau sudah begitu makan dan tidur pun ikut terganggu. Akhirnya sakit perut, kepala pusing, mual dan mungkin jatuh sakit.
Hari ini kita diingatkan oleh firman Tuhan dalam Ibrani 12:1-3, “Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita” (ayat 1). Beban berat dalam hidup kita letakan, supaya kita menjadi enteng. Pikiran pusing kita tinggalkan dan arahkan hati hanya kepada Tuhan Yesus. Sebab beban dan dosa akan menghalangi kita kepada Yesus.
Mau berjumpa dengan Tuhan Yesus dalam suka dan duka? Mari tinggalkan beban yang merintangi, datang kepada Tuhan Yesus dalam doa dan pujian. Ajak suami-istri dan anak-anak untuk datang kepada Tuhan Yesus, pasti menjadi enteng di dalamNya. Karena ketika sudah tidak ada lagi beban pikiran dan dosa, tidak ada hambatan dan rintangan, kapanpun kita dapat merasakan sukacita Tuhan Yesus. Tuhan memberkati. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ADVEN-NATAL DAN TEOLOGI DISABILITAS BAGI ANAK REMAJA[1]

  Imanuel Teguh Harisantoso [2] 1.      GKJW menyebut “ibadah adalah berhimpunnya warga untuk menghadap dan mewujudkan persekutuannya deng...