Manusia biasanya sangat toleran
dengan dirinya sendiri, sebaliknya dilain pihak ia menuntut untuk orang lain
berlaku tertib dan berjalan sesuai tatanan moralitas yang ada. Ia lebih mudah
memaafkan atau mengampuni diri sendiri, menganggap kesalahan yang dilakukannya
sebagai sesuatu yang biasa, lumrah, la
wong manungsa kadunungan luput. Tetapi dilain pihak, ketika ia melihat kesalahan
orang lain, sekecil apapun kesalahanya tunggu dulu. Pasti orang itu akan dicap bueesar bersalah. Sebagai orang yang
melanggar peraturan dan tidak taat pada
tatanan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ADVEN-NATAL DAN TEOLOGI DISABILITAS BAGI ANAK REMAJA[1]
Imanuel Teguh Harisantoso [2] 1. GKJW menyebut “ibadah adalah berhimpunnya warga untuk menghadap dan mewujudkan persekutuannya deng...

-
PENGANTAR Ortala (Organisasi dan Tata Laks...
-
Oleh: Pdt. Imanuel Teguh Harisantoso, M.Si Pdt. Imanuel Memimpin doa di sawah Banyak orang berpendapat, sekarang sudah memasuki era...
-
Situbondo, 26-28 Oktober 2018 PHMD Besuki Barat Persidangan Majelis Daerah Besuki Barat dimulai dengan ibadah pembukaan yang dipi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar